Selama Pandemi Covid-19, Impor Oksigen Indonesia Turun -->

Advertisement

Advertisement

Selama Pandemi Covid-19, Impor Oksigen Indonesia Turun

Kamis, 08 Juli 2021

Gambar ilustrasi.

PEWARTAONLINE.COM, JAKARTA
- Indonesia tercatat mengimpor tabung oksigen dari sejumlah negara dalam lima tahun terakhir. Namun jumlah impor justru turun selama masa pandemi covid-19. 


Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan volume impor Oxygen dengan kode HS 28044000 pada 2020 hanya sebesar 1.257 ton dengan nilai US$456.730. 


Total impor sepanjang tahun lalu turun dibandingkan impor oksigen tahunan sejak 2015 yakni 4.178 ton (US$1,26 juta) pada 2015; 3.630 ton (US$686.146) pada 2016; 3.886 ton (US$1,03 juta) pada 2017; 2.318 ton (US$647.438) pada 2018; dan 1.724 ton (US$380.064) pada 2019. 


Sementara itu, di tahun ini, Indonesia tercatat baru mengimpor oksigen 590,3 ton sepanjang Januari hingga Mei lalu. Nilainya setara US$203.734. 


Impor Indonesia tahun ini tercatat berasal dari Singapura 596,9 ton (US$158.398), Amerika Serikat 0,12 ton (US$7.540) dan China 20,3 ton (US$37.796). 


Selain dari tiga negara tersebut, impor oksigen Indonesia sepanjang 2015-2020 tercatat berasal dari Malaysia, Australia, Brunei Darussalam, Jepang, United Kingdom, Papua Nugini, Arab Saudi, dan Kepulauan Pitcairn.


Sebelumnya, Ketua Komite Pengarah Asosiasi Gas Industri Indonesia (AGII) Rachmat Harsono menjamin pasokan tabung oksigen di dalam negeri masih mencukupi tanpa perlu impor. Terlebih, pemerintah sudah meminta produksi oksigen dalam negeri fokus untuk kebutuhan medis penanganan covid-19. 


"Kalau kita bilang, jujur saja belum ada impor sama sekali. Perlu saya garis bawahi. Wacana impor ini bisa jadi apabila lonjakan covid-19 makin naik. 


Kalau memang enggak butuh, buat apa sih harus impor?" ujarnya, yang juga menjabat sebagai Presiden Direktur PT Aneka Gas Industri tersebut, dikutip dari Blak-blakan detik.com Rabu (7/7). 


Tahun ini saja, kata Rachmat, produksi oksigen dalam negeri sudah mencapai 1.700 ton per hari. Sementara kebutuhan hanya 400 ribu ton per hari sebelum lonjakan covid-19. (red)