Masyarakat Harus Bijak Menyikapi Hadirnya Transportasi Online -->

Advertisement

Advertisement

Masyarakat Harus Bijak Menyikapi Hadirnya Transportasi Online

Sabtu, 22 Desember 2018

MEDAN, POC - Awal munculnya transportasi berbasis online memang sempat menimbulkan gejolak di masyarakat terutama dari pelaku usaha transportasi konvensional. Namun begitu, berkembangnya transportasi berbasis online tak dapat ditolak, akan tetapi harus disikapi masyarakat dengan bijak.

Hal itu diungkapkan narasumber dalam diskusi yang diadakan Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Sumut bekerjasama dengan GoJek yang mengangkat tema "Transportasi Efektif dan Peran Media dalam Era Industri 4.0" di Penang Corner Medan, Sabtu (22/12/2018). Diskusi ini dirangkaikan dengan Hari Ulang Tahun ke-11 FJPI. Di mana masing-masing daerah juga menggelar acara berbeda-beda.

Sekretaris Jenderal FJPI Pusat, Khairiah Lubis mengatakan hadirnya transportasi berbasis online memang sempat mendapat penolakan. Sebab ketika sebuah perubahan terjadi, tentu tidak semua bisa menerima, karena ada pihak yang terdampak dari perubahan itu. 

"Namun saat ini masyarakat mulai bisa menerima perubahan yang terjadi terutama hadirnya transportasi online. Sama seperti kita di media, dulu televisi disebut sebagai media yang baru dari media cetak. Tapi sekarang, televisi disebut sebagai media konvensional seiring munculnya media online dan media sosial," kata Khairiah.

Melalui pemberitaan, kata Khairiah, media bisa menyadarkan masyarakat agar lebih bijak menggunakan fasilitas digital yang ada saat ini. Selain itu, banyak peluang usaha dari aplikasi online yang bisa dimanfaatkan masyarakat.

"Jaman sekarang serba digital, jadi perubahan itu tidak bisa kita tahan, tapi disikapi dengan bijak. Kita di media berperan menyadarkan masyarakat untuk memahami era digital. Jadi masyarakat merasa nyaman menggunakan fasilitas digital. Selain itu banyak peluang usaha yang bisa dimanfaatkan, jadi masyarakat harus menyesuaikan diri di era digital saat ini," jelasnya.

Sementara itu, Head of Regional Corporate Communications GOJEK Sumatera, Teuku Parvinanda mengatakan GoJek berangkat dari inovasi digital memberikan kesempatan kepada pelaku usaha dari sektor informal dan UMKM tumbuh berkembang dan memperluas pasar. 

"Tujuan sebenarnya untuk memperluas akses UMKM. Ketika pelayanan antar makanan itu ada, 82 persen dari UMKM yang bermitra dengan kami sebelumnya tidak punya akses ke arah sana. Bahkan 72 persen sebelumnya tidak punya akses layanan antar makanan. Tapi akhirnya mereka terbantu dengan layanan Go Food kami," terangnya.

Teuku menyebutkan dari hasil riset Lembaga Demografi Universitas Indonesia (UI) Tahun 2017, mencatat secara total Rp9,9 Triliun telah diberikan GoJek untuk membantu perekonomian nasional. Kemudian ada sekitar Rp8,2 triliun pendapatan yang telah diperoleh mitra GoJek dan Rp1,7 Triliun diperoleh sektor UMKM.

"Kehadiran GoJek bukan hanya memberikan solusi bagi konsumen dalam menggunakan transportasi, tapi juga memberikan kesempatan kerja bagi para mitra. Apalagi mitra kami, level pendidikan tertinggi SMA sederajat," jelasnya.

Menurut Teuku saat ini mitra GoJek sudah lebih dari 1 juta orang dengan wilayah operasional di 167 kabupaten/kota di Indonesia. Sedangkan di Sumatera Utara, GoJek juga sudah hadir di lima daerah yakni Medan, Tanjungbalai, Siantar, Tebingtinggi dan Kisaran

"Nantinya kami akan ekspansi ke regional Asean. Di Vietnam sudah meluncur, menyusul Singapura, Thailand dan Filiphina. Layanan Go Food adalah layanan antar makanan terbesar di dunia. Jadi aplikasi anak bangsa mudah-mudahan bisa membanggakan Indonesia," paparnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan (Dishub) Medan, Suriono menambahkan transportasi efektif, adalah bagaimana menciptakan agar transportasi itu mencapai tujuan maksimal. Kehadiran transporasi online memang sempat menimbulkan dilema. 

"Saat ini sudah banyak inovasi di bidang transportasi. Tekhnologi tidak bisa ditentang. Tekhnologi adalah suatu hal yang perlu kita ikuti," ungkapnya.

Akan tetapi, kata Suriono, pemerintah harus berdiri di tengah-tengah, karena baik angkutan konvensional maupun online merupakan bidang trasportasi yang harus difasilitasi dan diatur melalui regulasi.


"Sudah banyak dilakukan inovasi di bidang transportasi. Tapi inovasi ini mnimbulkan dilema. Lahirnya transportasi berbasis teknologi sedikit banyak menggangu ketenangan dari pihak transportasi konvensional. Seiring waktu tekhnologi suatu hal yang harus kita ikuti. Kalau kita lihat angkutan online manfaatnya memang sangat banyak dirasakan masyarakat," pungkasnya. 


Di sisi lain, Pengamat Transportasi dari Departemen Tekhnik Sipil Fakultas Tekhnik Universitas Sumatera Utara (USU), Medis Sejahtera Surbakti menambahkan saat ini semua terkoneksi melalui internet. Koneksi ini akan memudahkan masyarakat dalam beraktifitas. 


"Ke depannya yang kita tunggu-tunggu adalah multimedia terlaksana di Indonesia. Bagaimana operator terhubung satu sama lain, terhubung pembayaran dan waktunya sehingga memudahkan kita untuk bergerak," tutupnya.
 (maria)