Produksi Padi Sumut Diharapkan Capai 7 Ton/Tahun -->

Advertisement

Advertisement

Produksi Padi Sumut Diharapkan Capai 7 Ton/Tahun

Selasa, 21 Agustus 2018

MEDAN, POC – Program Upaya Khusus (Upsus) Padi, Jagung dan Kedelai (Pajale) diharapkan dapat meningkatkan produksi padi di Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Produksi padi tahun 2017 yang mencapai 5,1 ton diharapkan terus meningkat menjadi 7 ton/tahun.

Hal tersebut disampaikan Penjabat Gubernur Sumatera Utara (Pj Gubsu) Drs Eko Subowo MBA dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara (Sekdaprovsu) Dr Ir Hj R Sabrina MSi pada acara Pembukaan Rapat Evaluasi Pelaksanaan Upsus Pajale tahun 2018 Provsu, Selasa (21/8/2018) di Hotel LE Polonia Jalan Jendral Sudirman Medan.

“Sebagaimana kita ketahui bersama dalam 4 tahun terakhir pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah melaksanakan program Upsus peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai. Syukur Alhamdulillah dari pelaksanaan program Upsus Pajale tersebut telah meningkatkan produksi Sumatera Utara pada peringat 5 nasional, yang sebelumnya diduduki oleh Sumatera Selatan,” ujarnya.

Untuk itu, katanya, Pemprovsu mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Kementerian  Pertanian yang telah memberikan perhatian yang sangat besar kepada Sumatera Utara dengan mengalokasikan berbagai bantuan untuk para petani dalam mendukung peningkatan produksi, antara lain seperti perbaikan jaringan irigasi, pemberian bantuan pupuk, benih, alsintan dan penguatan penyuluhan.

Daerah ini juga memiliki potensi yang cukup besar dalam pengembangan pertanian tanaman pangan dan hortikultura. “Dalam 3 tahun terakhir ini berbagai prestasi yang sudah dicapai antara lain peningkatan produksi padi rata-rata 13,82 persen per tahun, jagung 16,71 persen, kedelai 12,10 persen, bawang merah  35,39 persen  dan  cabai merah 2,55 persen,”tuturnya.

Berdasarkan Angka Ramalan 1 BPS, kata Pj Gubsu, diperkirakan produksi padi Sumut tahun 2018 adalah 5.311.673 ton (naik 3,42 persen) dibandingkan dengan tahun 2017 dengan luas panen 1.041.420 ha (naik 5,40 persen). Untuk komoditi jagung diperkirakan 1.757.126 ton (naik  0,91 persen)  dibanding tahun 2017, dengan luas panen 293.388 ha (meningkat 3,94 persen). “Sedangkan  untuk komoditi kedelai diperkirakan mencapai 32.758 ton (meningkat 321,16 persen) dibandingkan dengan tahun 2017, dengan luas panen 25.950 ha (meningkat 332 persen),” katanya.

Terkait dengan evaluasi pelaksanaan Upsus Pajale tahun 2018 Provsu, kata Pj Gubsu, perlu disampaikan bahwa priode tanam Oktober 2017 sampai dengan Maret 2018, realisasi pertanaman telah mencapai 535.230 ha atau sebesar 89,35 persen, ini berarti untuk periode Oktober 2017 sampai dengan Maret 2018 masih terdapat kekurangan seluas 63.809 ha yang harus ditutupi pada periode April sampai September 2018.

“Untuk komoditi jagung telah terealisasi seluas 155.899 ha atau sebesar 80,18 persen, ini berarti tertinggal 38.527 ha yang juga harus ditutupi pada periode April – September 2018. Demikian juga dengan komoditi kedelai telah terealisasi seluas 21.384 ha atau 55,49 persen dan ini berarti tertinggal seluas 17.153 ha,”paparnya

Hal senada disampaikan  Ketua Panitia yang juga Kadis Tanaman Pangan dan Hortikultura Provsu M Azhar Harahap, bahwa hasil-hasil yang sudah dicapai dari pelaksanaan program Upsus Pajale tersebut, sangat menggembirakan diantaranya produksi padi setiap tahun meningkat rata-rata 13,82 persen, jagung 16,71 persen dan kedelai 12,10 persen. Jika dikonversikan peningkatan produksi selama 3 tahun tersebut nilainya untuk padi Rp 59,3 triliun, jagung Rp 13,8 triliiun dan kedelai mencapai Rp 149,6 miliar.

“Ini berarti jumlah uang yang diterima para petani kita mencapai Rp 73,3 triliun, jauh lebih besar dibandingkan dengan alokasi anggaran baik APBN maupun APBD provinsi dan kabupaten/kota selama 3 tahun terakhir,”ujarnya.

Walaupun keberhasilan peningkatan produksi Pajale cukup signifikan dan menggembirakan, namun belum sepenuhnya berpengaruh secara linier terhadap peningkatan nilai tukar petani (NTP) yang dalam tiga tahun terakhir cukup fluktuatif peningkatannya, yang disebabkan antara lain kurang stabilnya harga di tingkat petani, serta kualitas mutu hasil yang belum maksimal.

Acara itu dihadiri Direktur AKABI Kementerian Pertanian RI/PJ UPSUS Sumut Ali Jamil Harahap, Pabandya Wanmil Kodam 1/BB Mayor If Bayu Aji, serta para peserta yang merupakan perwakilan kabupaten/kota se Sumut. (mar/rel)