Akhyar Dampingi Gubsu Susuri Sungai Babura -->

Advertisement

Advertisement

Akhyar Dampingi Gubsu Susuri Sungai Babura

Sabtu, 20 April 2019

MEDAN, POC - Wakil Wali Kota Medan Ir H Akhyar Nasution MSi mendampingi Gubsu Edy Rahmayadi menyusuri Sungai Babura, Sabtu (20/4/2019).  Penyusuran ini dilakukan untuk melihat  secara dekat kondisi Sungai Babura yang selama ini  sangat rentan  meluap sehingga menyebabkan terjadinya banjir.  Oleh karenanya dari hasil penelurusan yang dilakukan akan dicari apa  faktor menjadi penyebab sungai meluap  serta bagaimana solusi mengatasinya. Dengan demikian banjir yang terjadi akibat meluapnya Sungai Deli dapat diatasi.
Penelusuran dilakukan dimulai dari pinggiran Sungai Babura, persisnya dekat Kantor Lurah Beringin, Kecamatan Medan Selayang serta berakhir di Taman beringin Jalan Sudirman Medan.  Selain Wakil Wali Kota dan  Gubsu, penyusuran Sungai Babura juga diikuti Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPND) Sumut Riadir Akhir Lubis, Kepala BPBD Kota Medan Arjuna Sembiring, Kadis Kebersihan dan Pertamanan Kota Medan H M Husni SE dan usur  Balai Wilayah Sungai  (BWS) Sumatera II.
Sebelum  penyusuran  dimulai, Gubsu mengingatkan bahwa  kegiatan yang dilakukan itu bukan bertamasya melainkan melakukan evaluasi dalam rangka mengatasi  banjir yang selama ini terjadi.  Untuk itu Gubsu berharap agar penyusuran sungai seperti ini dilakukan rutin, minimal sebulan sekali.  “Jadi penyusuran sungai yang dilakukan ini bukan main-main,” kata Gubsu.

Dikatakan Gubsu, mengatasi banjir sangat penting  untuk segera dilakukan. Tidak hanya mengatasi rumah warga direndam  air,  tetapi juga mengatasi agar warga terhindar dari penyakit, terutama paru-paru. Pasalnya, jelas Gubsu, berdasarkan pengakuan salah seorang ahli dari Belanda dalam satu acara di Hotel Santika beberapa waktu lalu menyebutkan, dari 34 provinsi,  orang –orang di Sumut ternyata memiliki paru-paru terjelek.

“Ketika saya tanya mengapa itu terjadi, ahli dari Belanda itu mengatakan salah satu penyebabnya adalah sampah.  Dengan adanya sampah menyebabkan banyaknya lalat tanpa disadari menghinggapi makanan yang kita makan dan berdampak dengan kesehatan. Faktor kedua adalah akibat banjir. Sungai yang banjir membawa kotoran dan pasca banjir akhirnya mengering dan kemudian menguap.  Uap sisa banjir yang bercampur dengan kotoran itulah yang kemudian dihirup,” ungkapnya.

Masih kata ahli dari Belanda itu sambung Gubsu, paru-paru terjelek pertama di Sumut adalah orang-orang Medan, sedangkan paru-peru terjelek kedua kedua  adalah Kota Tebing Tinggi. Tentunya bilang Gubsu, hal ini harus segera disikapi. Apalagi Kota Medan diketahui dalam dua tahun sekali akan terjadi banjir besar. Guna mengatasi persoalan banjir tersebut, jelas Gubsu, telah dipanggil seorang ahli yang pernah menangani Sungai Ci Tanduy yang berada di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah.

“Inilah orangnya, saya paksa dia datang untuk mengatasi  persoalan banjir ini dan telah membuat buku terkait mengatasi persoalan banjir. Dari hasil  pengamatan yang telah dilakukan, banjir Jakarta maupun banjir di Bandung ternyata berbeda dengan banjir yang terjadi di Kota Medan. Untuk itu  kita harus serius dan disiplin mengatasi banjir,  kita tidak mau anak cucu nanti jadi korban,”  paparnya sambil menunjuk seorang pria paro baya.

Sementara itu Wakil Wali Kota Medan Ir Akhyar Nasution MSi mengaku sangat gembira dengan adanya kegiatan  penyusuran sungai yang dilakukan dalam upaya mengatasi banjir yang selama ini terjadi di Kota Medan. “Ini adalan mimpi Pemko Medan yang selama ini sangat dinantikan,” kata Akhyar.

Menurut Akhyar, penanganan banjir secara keilmuwan mudah ditangani namun problem sosial  tidak gampang melakukannya.  Oleh karenanya diperlukan edukasi kepada masyarakat, selain tidak tinggal di bantaran sungai, juga tidak buang sampah sembarangan. Sebagai salah satu solusi, jelas Akhyar, Pemko Medan akan membangun rusunawa untuk menampung warga yang tinggal di bantaran sungai.

“Upaya  inilah yang perlu edukasi, sebab masyarakat yang selama ini sudah puluhan tahun tinggal di bantaran sungai menolak dilakukan relokasi meskipun tempat relokasi lebih layak dari  tempat yang dihuni mereka selama ini. Untuk  itulah mari kita bersama-sama menyelesaikan problema sosial ini. Kami sudah punya rencana untuk itu, mari kita duduk bersama mengatasinya dan rencana yang telah kami siapkan itu dapat diintegrasikan,” paparnya.

Penelusuran Sungai Babura dipimpin langsung Gubsu yang diawali dengan doa bersama. Setelah itu penelusuran pun dimulai  dengan menggunakan delapan perahu milik BPBD Provinsi Sumut dan Kota Medan. Dalam penelusuran yang dilakukan tersebut, Gubsu dan rombongan mendapati kondisi Sungai Babura mengalami pendangkalan yang cukup parah. Kondisi itu diperparah lagi dengan banyak sampah rumah tangga yang dibuang masyarakat ke dalam sungai. (mar)