Lukisan Dinding Viral di Medsos, Kampoeng Batik Terkenal Hingga ke Luar Negeri -->

Advertisement

Advertisement

Lukisan Dinding Viral di Medsos, Kampoeng Batik Terkenal Hingga ke Luar Negeri

Rabu, 28 November 2018

SEMARANG, POC - Banyak cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan di suatu daerah. Terpenting bagaimana pemerintah setempat mampu menggali potensi-potensi wisata yang ada untuk dikelola dengan baik.

Kota Semarang misalnya. Ibukota Provinsi Jawa Tengah ini cukup jeli mengembangkan potensi daerahnya dalam mendongkrak kunjungan wisatawan lokal maupun internasional. Salah satunya menyulap sebuah kawasan menjadi Kampoeng Batik atau Kampoeng Jadoel.

Justru yang menjadi unik di Kampoeng Batik itu bukan karena dijual kain batik atau baju-baju batik. Tapi di sana sengaja terbuka bagi siapa saja yang datang untuk belajar membuat batik, khususnya batik tulis. Bagi yang ingin belajar akan dipandu ahlinya bagaimana mewarnai kain dengan beragam sketsa yang telah dibentuk.

"Sketsanya kita yang bentuk. Misalnya gambar bunga atau lainnya. Dan pendatang kita pandu bagaimana teknik mewarnai," kata salah seorang perempuan yang sedang membatik saat ditemui rombongan tim Persatuan Wartawan Pemerintah Kota Medan yang bertandang ke sana, Rabu (28/11/2018).

Kampoeng Batik terletak tak jauh dari Kota Lama dan Pasar Johar. Tepatnya di Kelurahan Rejo Mulyo RT 02.  Di antara keduanya terdapat Bundaran Bubakan. Di sini terdapat jalan masuk dengan gapura besar bertuliskan "Kampung Batik Semarang".

Kampoeng ini memang unik. Hanya satu RT. Ketua RT-nya Dwi Christianto. Kata Dwi, Kampoeng Batik hanya dihuni 24 kepala kelurga. Dari 24 kepala keluarga, hanya 12 kepala keluarga yang aktif memproduksi batik. Sebelum masuk kampung ini, di depannya dibatasi dengan stand-stand penjualan batik.

Pendatang yang ingin belajar membatik harus merogoh kocek Rp30 ribu. Setelah itu disediakan selembar kain putih. Setelah dipandu, pendatang praktek langsung membatik sampai proses mewarnai. Hasilnya boleh dibawa pulang untuk kenang-kenangan.

Kampoeng Batik, menurut Dwi Christianto, terbentuk atas inspirasi Wali Kota Semarang yang sebelumnya membuat acara membatik bersama di kampung tersebut.

"Sejak itu kampung ini dinobatkan menjadi Kampoeng Batik. Hanya saja tidak bertahan lama. Kampung ini kembali sepi. Tspi sejak 2016, Kampoeng Batik menjadi viral di media sosial setelah dilukis oleh seorang seniman lukis, bernama Luwianto," jelas Dwi.

Bahkan lukisannya di dinding salah satu gang menceritakan sejarah terbentuknya Kampoeng Batik.

"Sekarang malah sudah diketahui mancanegara," tambahnya.

Sementara Luwianto menambahkan, ide menghidupkan kembali Kampoeng Batik ini lantaran lukisan dindingnya viral di media sosial. Sejak itu dirinya mulai menyadarkan kembali beberapa warga untuk menghidupkan Kampoeng Batik walau tanpa bantuan pemerintah.

"Perlahan-lahan kampung kami ini mulai kembali didatangi pelancong. Perekonomian masyarakat pun mulai membaik seiring kedatangan mereka yang datang untuk belajar membatik maupun belanja," sambung pria asal Jogyakarta ini.

Salah satu rumah yang sempat dikunjungi rombongan Tim Persatuan Wartawan Pemko Medan menunjukkan seorang wanita tengah membuat skets batik persis di depan rumahnya. Wanita paruh baya itu menyapa ramah.

Batik Semarang berbeda dengan batik Jogyakarta dan Solo. Perbedaan tersebut dari sisi motifnya.

"Ciri-ciri Batik Semarang bermotif kembang kangkung dan Manuk Pletuk," terang dia.

Harga Batik Semarang cukup variatif. Dari harga Rp150 ribu hingga Rp5 jutaan. Tergantung kualitas dan motifnya.

Edo Pramono (pemandu), yang ikut mendampingi mengunjungi tempat tempat wisata di Semarang menjelaskan, produksi Batik Semarang tidak kalah kualitasnya dengan batik Jogya, Solo dan Pekalongan.

"Batiknya ndak luntur mas. Ada malah yang makin dicuci makin cerah warnanya," ujarnya.

Kabag Humas Pemko Medan Ridho Nasution diwakili Kasubbag Humas Hendra Tarigan mengatakan tujuan mengunjungi Kampoeng Batik agar bisa diterapkan di Medan namun dengan mengadopsi kearifan lokal.

"Kampoeng Batik ini sangat menginspirasi kita. Apalagi dengan adanya Sentra Batik Medan yang diperkenalkan Ketua TPPK Ibu Hj Maharani dapat meniru tindakan Kampoeng Batik Semarang agar mampu mendatangkan wisatawan," kata Hendra. (maria)